Senin, 16 Januari 2012

Suzuki Swift GT JDM Ala Insinyur

 
JAKARTA - Kalau ditanya kenapa memilih hitam, pasti banyak yang berargumen kalau warna ini lebih netral buat dipadu-padankan dengan kelir lainnya. Itu sebabnya Christobal Bernardito enggan mengubah tampilan standar eksterior Suzuki Swift GT miliknya, sekalipun dirayu untuk mengganti warna mobilnya dengan metoda wrapping pakai stiker.

Pasalnya Christo, sapaan insinyur di bidang produksi ini, sudah kepincut dengan gaya modifikasi ala JDM. "Soal warna bukan masalah, karena JDM bisa masuk pakai warna hitam atau putih," ungkap lajang 25 tahun ini.

Gaya JDM yang diterapkannya memang tidak murni dari pemikirannya sendiri. Karena Christo juga mendapat inspirasi dari referensi berbagai majalah dalam dan luar negeri, saat pertama kali memodifikasi Swift kesayangannya ini.

Untuk upgrade eksterior, pehobi futsal ini mengandalkan komponen bodi kit bawaan Suzuki Sport, yang notabene merupakan hatchback JDM alias cuma diproduksi buat konsumen di negeri Matahari Terbit itu.

"Saya memang terobsesi dengan Swift Sport versi Jepang, makanya komponen utama buat upgrade eksterior langsung saya pesan dari Jepang," kata Christo.

Tampilannya antara Swift lokal dengan versi Sport memang terlihat kontras, seperti bodi kit yang nempel di bemper depan dan belakang. Itu sebabnya Christo rela memesan panel add-on itu dari Jepang. Modelnya yang menyatu dengan garis lekukan bemper (depan-belakang), tak membuat tampilan barunya terlihat aneh. Justru kini semakin terlihat sporti. Sementara side skirt tetap menggunakan panel bodi bawaan mobil, karena desainnya sudah simetris dengan bodi kit barunya.

Detil ubahan lainnya diterapkan pada lampu belakang. Swift lokal dibekali kluster lampu sein dan mundur model kotak, sedangkan Swift Sport punya desain kluster untuk semua lampu belakangnya (rem, mundur, sein) model membulat. Sayangnya tak dibarengi dengan mengganti head lamp model proyektor, yang menjadi bawaan Swift JDM itu.

Mengimbangi tampilan eksterior, Christo pun meng-upgrade sektor mesin sekadar buat harian. Sebab aliran modifikasi JDM sejatinya dimulai dari kalangan speedgoers di Jepang.

Tanabe NF
Suzuki Swift manual ini memang lebih banyak mengaspal di jalanan perkotaan, dan kerap terjebak kemacetan tiap kali pergi-pulang dari Duren Sawit, Jaktim ke kantornya di daerah Pluit, Jakut.

Tapi darah muda masih mengalir dalam diri Christo, yang saat ini menjabat sebagai deputy external Swift Club Indonesia (SCI). Termotivasi juga dengan hobi rekan satu klub, yang kerap menjajal performa mobil di lintasan sirkuit.

Namun ubahan pada suspensi tak dibikin ekstrem, artinya masih bersahabat buat melaju di kecepatan rendah dengan kondisi stop and go. Untuk memenuhi kriterianya itu, kolektor die cast mobil ini hanya mengganti per depan-belakang dengan Tanabe NF.

"Karakternya cocok untuk menunjang rutinitas saya. Memang terasa sedikit lebih keras, tapi masih nyaman buat diajak jalan santai," ujar Christo.    (mobil.otomotifnet.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar